Abdon Nababan Calon DPD RI Sebut Banjir Di Siantar Karena Ekosistem Perkotaan Tidak Terkelola Dengan Baik Hingga Muncul Korban Nyawa

Abdon Nababan Calon DPD RI Sebut Banjir Di Siantar Karena Ekosistem Perkotaan Tidak Terkelola Dengan Baik Hingga Muncul Korban Nyawa

Photo : Abdon Nababan Calon DPD RI

Abdon Nababan Calon DPD RI Sebut Banjir Di Siantar Karena Ekosistem Perkotaan Tidak Terkelola Dengan Baik Hingga Muncul Korban

Kabar Siantar - Berdasarkan Informasi yang di himpun awak media,

 - Nizma Ramadhani (17), siswi SMA Negeri 6 Kota Pematang Siantar meninggal dunia  usai terseret derasnya genangan banjir saat hujan di Kota Pematang Siantar, Minggu (27/8/2023).  Hal ini ternyata memicu kekesalan sejumlah masyarakat. Pasalnya lokasi tersebut kerap banjir saat hujan, namun tak ada penanganan maksimal untuk merawat drainase.

Kejadian bermula saat Nizma berkendara di Jalan Viyata Yudha, Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Siantar Sitalasari sekitar pukul 18.30 WIB. Lantaran jalanan menanjak, dan debit air meluap dari parit turun ke jalanan yang menurun, Nizma dan temannya, Mei Handayani Simatupang (17) terseret.

Nahas bagi Nizma, ia terseret masuk ke parit. Sekitar 10 menit setelah terseret ia ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, walau sempat dilarikan ke Rumkit Tentara Kota Pematang Siantar.

Kejadian ini membuat Abdon Nababan Aktifis Lingkungan yang juga Calon DPD RI angkat bicara

Abdon Nababan mengatakan bahwa dirinya turut berduka atas
Nizma Ramadhani (17), siswi SMA Negeri 6 Kota Pematang Siantar meninggal dunia  usai terseret derasnya genangan banjir, Kamis (31/8/2023)

“Saya sangat berduka dan prihatin dengan musibah banjir Siantar yang menghanyutkan Nizma sampai meninggal dunia, kejadian bencana ini bukan bencana alam, bencana seperti ini muncul karena kita tidak mengelola kota dengan baik, tidak menjaga ekosistem penyangga di sekitar kota. Apa lagi saat ini bumi semakin panas, bencana semakin sering datang. Persoalan lingkungan ini harus jadi agenda peioritas kita di Sumatera Utara, nggak boleh ada lagi korban seperti yang dialami Nizma kemarin," pungkasnya.

Abdon Nababan Calon DPD RI adalah Penerima hadiah Ramon Mangsaysay tahun 2017 tidak dirancang  hadiah yang sering disebut orang Nobel versi Asia itu, Selasa (29/8/2023)

Abdon lahir 2 April 1964 di Tano Batak dan menghabiskan masa kecil hingga awal remajanya di Pealangge, Humbang, Sumatera Utara.

Kemudian Abdon menemukan jalannya sebagai aktivis sosial sejak kuliah di IPB Bogor dengan aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan di dalam dan di luar kampus.

Lulus sebagai sarjana, ia memilih bergabung dengan WALHI, organisasi lingkungan terbesar di Indonesia, kemudian mendirikan Yayasan Sejati, Yayasan dan Perkumpulan Telapak, Forest Watch Indonesia, dan menginisiasi Jaring PELA.

Semua organisasi ini bekerja sangat dekat dengan masyarakat akar rumput di seluruh Indonesia, mulai isu-isu kehutanan, kelautan, penguatan ekonomi perdesaan, sampai masyarakat adat.

Dalam rekam jejak selama lebih dari 36 tahun aktif sebagai aktivis masyarapat sipil, Abdon Nababan telah merintis dan mengembangkan pendekatan, metodologi dan teknik investigasi mendalam untuk mendapatkan bukti lapangan tak terbantahkan atas pelanggaran hukum kehutanan yang dilakukan perusahaan-perusahaan pemegang hak konsesi.

Dengan kegigihan dan kepemimpinannya menyelenggarakan investigasi lapangan, kampanye hutan dan lingkungan hidup di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Abdon Nababan diakui secara luas sebagai pelopor dan pengembang kampanye dan advokasi hutan berbasis bukti (evidence based forest campaign and advocacy).

Abdon juga secara tekun mendalami dan menggeluti bidang pengembangan dan pengelolaan strategis organisasi serta pengorganisasian masyarakat adat. Selama menggeluti bidang ini, Abdon Nababan telah menggalang sinergitas antar sesama aktivis Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan beragam elemen gerakan sosial untuk melakukan pembelaan hak-hak masyarakat adat, petani, nelayan dan penyelamatan lingkungan.

Dalam rekam jejak yang panjang sebagai aktivis masyarakat sipil, salah satu batu penjuru penting dicapainya saat Abdon ikut merintis, sekaligus memimpin dalam beberapa periode Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yang terus berkembang hingga mencapai 2.512 anggota komunitas adat dengan populasi sekitar 20 juta jiwa.**