Soal Produksi Anjlok Karena Trafo Terbakar Pejabat PHR Bungkam, Tokoh LAM Riau; Selayaknya yang Bohong “Disepak”

Soal Produksi Anjlok Karena Trafo Terbakar Pejabat PHR Bungkam, Tokoh LAM Riau; Selayaknya yang Bohong “Disepak”

Kabar Pekanbaru - Ketua Dewan pengurus harian Lembaga Adat Melayu Riau di Kabupaten Pelalawan, Herman Maskar, menyayangkan selaku pengelola PT Pertamina Hulu Rokan (PT PHR) di wilayah kerja (WK) Blok Rokan tidak transfaran terkait “jatuh tapainya” produksi minyak akibat terbakarnya Trafo Pungut Substation yang menyebabkan listrik wilayah kerja (WK) Rokan padam.

Sepengetahuan Herman, setelah trafo terbakar di Balai Pungut, Bengkalias pada 7 Desember 2022 lalu itu, dikabarkan produksi anjlok dari 165.000 barel perhari menjadi 70.000 barel perhari.

“Anjloknya produksi itu harus dijelaskan pihak PHR, pada masyarakat Riau,” kata Herman Maskar, Jumat (16/12/22).

Katanya, info produksi minyak PHR di Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Blok Rokan itu harusnya dibuka, “apa  penyebab terbakarnya trafo PHR” sehingga mengakibatkan hasil produksi minyak turun alias anjlok.

“Kalau produksi minyak anjlok saja disembunyikan bagaimana pihak PHR mempertanggungjawabkan pembagian hasil minyak pada Riau tahun ini. Kalau tidak transparan sebaiknya petinggi PHR di Riau agar ‘disepak’ dan digantikan yang lebih berkopeten dan mau terbuka pada publik,” katanya.

“Setelah direstorasi Listrik katanya sudah 100 persen pada hari Juma'at 9 Desember 2022, lalu berapa sekarang produksi rata rata hasil minyak PHR perhari?, apakah pihak PHR berani menjawab?,” katanya.

“Tekait kerugian yang diperkirakan pakar ekonomi migas Rp. 1 triliun selama lima hari itu, kita memberi masukkan kepada Gubernur Riau menjelaskan pembagian hasil pada masyarakt adat di Riau,” ulasya.

Sebak kata Herman, sekarang baru terbuka pada publik setelah hebohnya gardu listrik meledak, “saya ulangi meminta penjelasan tentang bagi hasil untuk masyarat. Sebab dari dulu pembagian hasil ini terkesan senyap oleh PHR dan Pemerintah Daerah. Bayangkan kalau lima hari saja nilainya Rp. 1 triliun tentunya kalau satu bulan jumlahnya Rp. 6 triliun, tolong jelaskan itu,” kata Herman kesal.

Terkait keluhan tokoh Riau ini, Vice President Corporate Affairs PT PHR, Rudi Arriffianto, dikonfiremasi tidak berani menjawab, artinya wajar tokoh-tokoh di Riau berkeluh kesah atau mungkin karena yang konfirmasi redaksi kabarriau.com adalah media kecil.

Bukan saja dipertanyakan tokoh Riau, pengamat ekonomi energi yang juga sebagai pengajar Universitas Gadjamada (UGM) Fahmy Radhi pada media juga menyayangkan masalah ini.

“Melihat dropnya produksi di PHR mereka saat ini harus membuka berapa hasil produksinya agar diketahui masyarakat,” demikian kata Fahmy.

“Hitungan kasar saja kerugian akibat kehilangan produksi selama 5 hari itu diperkirakan Rp 1 triliun,” katanya pada media.

Dari pernyataan PHR sebelumnya, “Tim PHR WK Rokan telah berhasil memulihkan tenaga listrik untuk kegiatan operasi di berbagai fasilitas WK Rokan. Dengan 100 persen pulihkan pasokan listrik tersebut”.

“Fasilitas PHR sudah dapat berfungsi kembali untuk mendukung pencapaian produksi nasional. Hal ini berhasil dicapai dengan tetap mengutamakan keselamatan, kolaborasi dan semangat tim,” demikian jawab tertulis mereka.**