Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Tolak Kenaikan BBM

Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Tolak Kenaikan BBM

Photo : Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyaah Fatrul Rahman Hutasuhut.

Medan - Wacana kenaikan BBM bersubsidi tetap menimbulkan polemik. Pantauan awak media di lapangan, banyak warga mengantre di SPBU untuk membeli BBM bersubsidi. Tindakan ini cenderung seperti panic buying.

Sementara di sisi lain, wacana kenaikan BBM bersubsidi di sambut unjuk rasa di sejumlah daerah. Salah satunya terjadi di Bengkulu pada Rabu (31/8) kemarin yang berakhir ricuh.

Kader Ikatan Mahasiswa Muhammmadiyah menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Soalnya, kenaikan harga BBM akan menambah penderitaan masyarakat di masa pemulihan ekonomi pandemi COVID-19 ini.

Hal ini menimbulkan respon dari berbagai kalangan salah satunya dari Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyaah Fatrul Rahman Hutasuhut. Kamis (1/9/2022)

"Kenaikan BBM ini adalah salah satu hal yang membebani kehidupan masyarakat untuk bermobilitas menjalankan kehidupan, kita tau subsidi yang diberikan pemerintah itu sekitar Rp.7.650 per liternya dan akan di naikan sekitar Rp.10.000 per liternya, kenaikan BBM memicu naik harga bahan pokok seperti minyak,beras,telur atau sembako, kenaikan BBM tidak hanya berdampak pada inflasi yang tinggi, tetapi juga meningkatkan jumlah orang miskin di Indonesia" ujar Kader IMM Fatrul Rahman Hutasuhut

Dampak dari naiknya harga BBM jenis subsidi cukup luas, mulai dari inflasi umum yang tinggi bisa menyentuh 7 persen lebih jika kenaikan harga 30 persen, hingga naiknya orang miskin.

BBM subsidi dibutuhkan oleh petani untuk mengantar hasil panen ke pasar, hingga ke tangan konsumen. Artinya, BBM subsidi meningkat maka inflasi pangan akan naik signifikan

“Yang terburuk adalah risiko gejolak politik, dan berdampak terhadap seluruh pencapaian ekonomi. Konteks nya mendekati tahun politik, 2023-2024 dan itu sangat riskan. Ditambah kenaikan harga BBM akan memukul masyarakat kelas menengah dan bawah sekaligus" pungkasnya.**