APBD Kota Medan SILPA 1,14 T, Harusnya Di Serap Untuk Memerdekakan Di Kota Layak Anak

APBD Kota Medan SILPA 1,14 T, Harusnya Di Serap Untuk Memerdekakan Di Kota Layak Anak

Photo : Illustrasi

Medan - Rahmadsyah Aktifis yang tergabung dalam Roemah Joeang mengatakan perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus masih kontraproduktif untuk kemerdekaan anak Indonesia khususnya di Kota Medan.

"Beberapa hal masih kontraproduktif dengan spirit kemerdekaan, ungkap Rahmad, Rabu (17/8/2020).

Mendefinisikan kata kemerdekaan, katanya, tidak semudah mengatakannya sebagai slogan apalagi bila kita kaitkan dengan penyelenggaraan perlindungan anak.

Menurutnya, Kota Medan sebagai Kota yang mendapat Penghargaan Kota Layak Anak (KLA) peringkat Madya tahun 2021 harusnya Programnya bisa di rasakan langsung dan menyentuh sampai ke tingkat lingkungan karena menurutnya anak anak belum merdeka dari tindakan yang merugikan anak antara lain yaitu :

Pertama, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi ekonomi seperti menjadi pengemis, peminta-minta, korban jasa eksploitasi seksual karena dipaksa oleh orang dewasa.

Anak dinilai tidak berdaya melawan, menghindar apalagi menentang. Anak demikian harus dimerdekakan.

Kedua, lanjutnya, masih banyak anak yang menjadi korban pola pengasuhan yang salah. "Tidak sedikit anak yang dicubit, ditendang, dipukul, bahkan diciderai oleh orang terdekat dengan alasan mendidik," katanya.

Ketiga, banyak anak menjadi korban sistem sekolah yang bernuansa kekerasan dan senioritas. "Junior tidak kuasa melindungi dirinya dari kultur primitif kekerasan yang dibungkus kegiatan masa orientasi sekolah, pengenalan sekolah atau bahkan alasan pengkaderan," kata Rahmat.

Keempat, masih banyak anak menjadi korban tontonan pornografi, game online kekerasan, konflik, bahkan kejahatan. Kondisi tontonan demikian harus dihapus untuk kepentingan terbaik anak.

Kelima, lanjut Rahmat, masih banyak anak yang menjadi korban bisnis atas nama kebahagiaan dan keceriaan anak.

Tidak sedikit arena bermain justru tidak sesuai dengan tumbuh kembang anak. Mainan berkonten peperangan, berkelahi, pembunuhan, banyak ditemukan dimainkan oleh anak.

Keenam, kata dia, masih banyak anak menjadi korban dari perilaku hidup yang tidak sehat untuk anak. Anak seringkali jadi korban perokok aktif yang berakhir sakit.

Ketujuh, kata Rahmad, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi politik.

Seringkali anak dijadikan alat kampanye, juru kampenye bahkan ikut memobilisasi massa kampanye. Anak demikian harus dimerdekakan.

Kedelapan, masih banyak anak menjadi korban produk mainan yang bermasalah. Tidak sedikit anak bermain dengan media mainan tidak sehat, bau, dan mengandung bahan berbahaya untuk anak.

"Secara prinsip, anak memiliki hak untuk dimerdekakan. Semua pihak harus memastikan bahwa anak tidak menjadi korban kebijakan yang salah. Negara tidak boleh kalah," ucapnya.**