Tak Tahan Dihajar Senior Anak Didik Ponpes Imam An - Nawawi Kulim Ke Polisi

Tak Tahan Dihajar Senior Anak Didik Ponpes Imam An - Nawawi Kulim Ke Polisi

Pekanbaru - Awalnya diketahui wartawan di Mapolsek Tenayan Raya, Pekanbaru, ada anak sekolah setingkat SMP dan orang tuanya terlihat mendatangi penyidik melaporkan dalam dugaan penganiayaan pada Sabtu (25/9/21).

Terlihat wajah anak itu pucat seakan ada ketakutan dimatanya, di halaman luar kantor Polisi sang anak ini melirik kiri kanan, sekali-sekali dia melihat kejalan, ketika ditanya wartawan "kenapa ketakutan" anak itu menjawab "iya takut dikejar senior" sambil dirinya merapat pada orang tuanya yang mendampingi saat itu.

Saat itu wartawan sempat melihat kondisi luka lebam ditangan anak tersebut, ditanya wartawan "selain tangan adek apalagi yang sakit" dia menjawab "perut, dada", lalu ditanya wartawan lagi, kenapa,? "ditendang dan dihajar senior dikamar saat mau tidur.," katanya. 

Mendengar kondisi itu wartawan melanjutkan wancara ternyata dia adalah salah seorang anak didik Pondok Pesantren (Ponpes) Imam An - Nawawi, di jalan Raya Pekanbaru - Pelalawan, KM 19 Kelurahan Kulim, Kec. tenayan Raya, Pekanbaru, Riau, yang bernama Dafha. Dia terpaksa melarikan diri karena tidak tahan disiksa oleh seniornya.

Dari keterangan Dafha dekat orang tuanya Asri Taher mengaku dirinya menyelamatkan dari pondok sekira jam 1 malam pada Jumat lalu dia harus melarikan diri belasan kilometer masuk hutan agar tidak ketahuan seniornya.

"Saya takut pak kembali dihajar senior, jadi malam itu beruntung ada teman mau menemani. Kami kabur melalui hutan dan melarikan diri arah jalan Raya. Beruntung ada mobil sayur dari Sumbar lewat dan menompangkan kami hingga ke Pekanbaru," kata Dafha.

Sebelumnya semua kejadian dirahasiakan Dafha karena diancam tidak boleh mengadu oleh seniornya, namun tidak tahan dengan luka dalam yang dideritanya dia melarikan diri.

Kabarnya masalah itu awalnya sepele, "pada Jam 8 malam lalu Dafha berkelahi sesama anak didik kelas 7 Ponpes (setingkat kelas 1 SMP) dan kemudian dipanggil kakak senior kelas 11 (setingkat kelas 2 SMA) dan dipermak sampai melebam.

Dari keterangan Dafha yang berbadan kecil ini, Badan kakak seniornya itu besar "saat ditendang senior saya terpental hingga 2 meter,' katanya. 

Orang tua Dafha ikut berkomentar dan mengaku kesal dengan keadaan anaknya yang saat ini trauma mendalam akibat kejadian tersebut, Kata Asri Taher, "saya sebagai warga negara yang baik maka saya harus melaporkan agar dilakukan proses hukum. Melihat keseriusan penyidik saya yakin hukum jalan," kata Asri.

Sebenarnya ulas Asri, dirinya dirinya pernah menghibungi pihak guru (ustaz) untuk menyelesaikan ini dengan pihak-pihak yang terduga melakukan penganiayaan, namun sangat disayangkannya pihak Ponpes "abai".

"Kasarnya saya menyerahkan anak saya ke Ponpes tersebut untuk didik
agar menjadi anak yang baik dan berguna. Entah itu aturan pesantren ada anak katakanlah bersalah harus dihajar oleh anak didik lain sehinga mengalami luka dalam dan trauma. Alhuawalam saya pun kurang tahu," katanya.

Kini walau sudah lapor ke Polisi atas dugaan penganiayaan ini kata Asri, "kami masih menunggu itikat baik pihak-pihak yang merasa melakukan perbuatan maupun pihak Pesanteren (Ponpes)".

Dikonfirmasi pihak pesantren Ustaz Hendra tidak menjawab, sementara Ustaz lain bernama Azis membenarkan kejadian tersebut, bahkan anehnya saat ditanya "apakah bapak tidak tahu kalau ada anak didik hilang dalam pesantren sudah lebih dari 12 jam, dia menjawab "tidak tahu".

Diduga untuk membela diri ustaz Azis mengungkap kebandelan anak didiknya Dafha, "pokonya susah didiklah" demikian akhir kesimpulan pembicaraan konfirmasi dengan Azis.**