Nasibmu Riau, Puluhan Tahun Chevron Panen Minyak Kau Ditinggal "Taik"

Nasibmu Riau, Puluhan Tahun Chevron Panen Minyak Kau Ditinggal "Taik"

Pekanbaru – PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) selaku pemegang izin pertambangan Blok Rokan dalam aktivitasnya pengeborannya diduga telah melakukan pencemaran lingkungan jelang berakhirnya kontrak.

Tentunya tekad Presiden RI, Ir. Joko Widodo untuk mengalihkan pengelolaan Blok Rokan di Provinsi Riau kepada Pertamina per Agustus 2021 mendatang akan dihadapkan dengan permasalahan lingkungan.

Pasalnya, selama ini Meski demikian belum ada tanda-tanda pemberian sanksi kepada PT. CPI dan seolah akan membiarkan masyarakat Riau yang akan menanggung akibatnya.


"PT. Chevron Pacific Indonesia dapat untung dan kayaraya, lalu kalau mereka selesai kontak taik minyaknya kok tak dibersihkan, ini akan berdampak buruk bagi lingkungan," kata warga Minas, Justar (45Th), Senin (29/3/21).

Kami lihat ulas Justar, Pencemaran lingkungan berupa Tanah Terkontaminasi Minyak (TTM) itu tidak hanya terjadi pada lingkungan sekitar pertambangan, tetapi telah mengkontaminasi kebun-kebun masyarakat dan merusak ekosistem.

Bahkan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Kasim (SSK), Minas. Dimana pada lokasi tersebut juga merupakan tempat penangkaran Gajah Sumatera limbah berserakan terutama disepanjang aliran sungai Takuana.

Kata Justar, "Selama bertahun-tahun PT. Chevron Pacific Indonesia terkesan hanya ingin menyedot kekayaan alam Riau itu dan meninggalkan ampas limbah migas tersebut mengendapi permukaan tanah tanpa melakukan upaya bioremediasi".

Hal tersebut dibenarkan kepala suku Anak Rimba Indonesia (Arimbi), Mattheus pasalnya usai melakukan observasi dan pengambilan sample kerak minyak di kawasan Tahura, Minas, Minggu (28/03/21) sebelumnya Arimbi menemukan banyak taik minyak bumi.


"Benar laporan warga itu, itu harus jadi perhatian pak Jokowi dan pak Ahok," katanya.

Sedikit pesimis, Mattheus mengatakan target PT. CPI untuk merehabilitasi atau memulihkan lokasi yang terkontaminasi minyak bumi hasil eksplorasi diperkirakan tidak akan sesuai terget. Metode kerja sub kontraktor yang manual dan asal-asalan pada titik-titik tertentu saja tidak akan memberikan dampak perbaikan pada lingkungan.


Pasalnya, berdasarkan tinjauan dia di lapangan sebaran limbah tersebut diperkirakan berasal dari lokasi titik pengeboran Minas yang terbawa arus di sepanjang sungai Takuana.


“Rehabilitasi atau memulihkan lokasi tumpahan limbah PT CPI saya nilai setengah hati. Kalau kita amati sepanjang Sungai Takuana yang melintasi hutan Tahura lokasi PLG seluruhnya terkontaminasi limbah, namun yang dibersihkan atau dikorek hanya pada permukaan atau kerak tanah saja, itupun hanya pada lokasi yang gampang ditempuh,” ujarnya.

Lanjut Mattheus, selama ini luapan air sungai Takuana telah mentransfer limbah bersama material sungai lainnya, sehingga diperkirakan akumulasi cemaran yang berlangsung selama bertahun-tahun sudah mengendap hingga beberapa meter ke dalam tanah.**


Video Terkait :