Pembunuhan Warga Oleh Militer Myanmar Dikutuk Biden dan 12 Kepala Pertahanan Negara

Pembunuhan Warga Oleh Militer Myanmar Dikutuk Biden dan 12 Kepala Pertahanan Negara

Washington DC - Penembakan pengunjuk rasa anti kudeta militer di Myanmar pada Sabtu (27/3), yang menewaskan setidaknya 107 orang dikutuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

"Pemerintah AS mengutuk keras aksi brutal militer Myanmar. Ini mengerikan," kata Biden, Senin (29/3/21)

Sesuai data yang diterima Biden, di seluruh Myanmar pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa, hal ini dikatakan Biden kepada wartawan dalam sambutan singkat yang dia berikan di negara bagian asalnya.

Dengan aksi brutal militer ini pada antikudeta di Myanmar disebut Biden sebagai tindakan yang benar-benar menyakitkan rasa kemanusiaan, kabarnya pasukan keamanan membunuh lebih dari 100 orang termasuk sedikitnya tujuh anak pada Sabtu (27/3) lalu meninggal dunia.

"Berdasarkan laporan yang saya dapatkan, banyak sekali orang yang terbunuh," imbuhnya.

Pertumpahan darah mengerikan itu terjadi usai junta menggelar pawai perayaan tahunan Hari Angkatan Bersenjata. Uni Eropa menggambarkan kekerasan mematikan itu sebagai hal yang "tidak bisa diterima".

"Jauh dari merayakan, militer Myanmar kemarin telah membuat hari yang mengerikan dan memalukan," demikian jelas Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu muncul setelah para kepala Pertahanan dari 12 negara termasuk AS, Inggris, Jepang, dan Australia mengecam militer Myanmar.**