Padi di Pelalawan Menumpuk, Jadi Tak Ada Alasan Bulog Tolak Gabah Petani

Padi di Pelalawan Menumpuk, Jadi Tak Ada Alasan Bulog Tolak Gabah Petani

Jakarta - Dalih Bulog lantaran tidak memenuhi standar kadar air dikarenakan sedang musim hujan, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjadikan alasan ini sebagai inpor beras.

Alasan inpor beras ini tidak diterima petani padi, Nusantara, Khusnya di Pelalawan, Riau. Meski RI sedang disebutkan dalam masa panen, tapi kali ini dibarengi dengan musim hujan, mengakibatkan banyak gabah petani menjadi basah sehingga tidak bisa dijual ke Bulog.

Inpor beras dikabarkan dalih Khawatir Bulog tak bisa memenuhi standar stok 1-1,5 juta ton beras per tahun karena permasalahan gabah basah tadi, dinilai Indonesia masih butuh beras impor demi mencukupi cadangan beras dan menjaga harga tetap stabil.

Alasan ini dipatahkan oleh Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal KTNA Nasional Zulharman Djusman memang benar sebagian gabah petani hujan karena hujan, tapi hal itu tidak terjadi di semua daerah. Jadi untuk itu, tak ada alasan bagi pemerintah untuk menolak gabah dari petani.

"Kalau memang kalkulasi dari Mendag ada beberapa daerah yang curah hujan tinggi mengakibatkan gabah ini kadar airnya tinggi, namun tidak semua wilayah seperti itu, hampir kebanyakan wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi apalagi, sekarang surplus terhadap beras premium, jadi beras yang bagus pun masih banyak bisa beredar untuk Bulog sendiri," ujar Zulharman, Sabtu (27/3/21).

Apalagi, sambung Zulharman, gabah yang basah masih bisa dikeringkan dengan cara tradisional atau pakai mesin pengiring padi (dryer). "Sebenarnya tidak ada permasalahan kalau misalkan nanti petani masih menumpuk gabah di rumah atau gudang masing-masing, dan menunggu matahari, sehari dua hari secara tradisional, bahkan sebenarnya sekarang dryer dari pemerintah sudah banyak, nah ini sebenarnya sudah bisa menolong," sambungnya.**