Hancurkan Kebun, Warga Air Hitam Minta Jumpa Gubri Mempertanyakan Biaya Makan Gajah TNTN

Hancurkan Kebun, Warga Air Hitam Minta Jumpa Gubri Mempertanyakan Biaya Makan Gajah TNTN

Pelalawan - Gajah Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang masih dirantai memasuki perkebunan warga diluar Taman Nasional. Ucok Nasir selaku warga Air Hitam, Pelalawan, Riau, menyebut “kemana?” uang makanan gajah dibelanjakan oleh pengelola TNTN, “sementara gajah yang masih dirantai itu merusak perkebunan warga”.

“TNTN yang seharusnya menjadi tempat perlindungan gajah jinak maupun gajah liar seharusnya dikelola dengan benar, agar tidak menjadi hantu menakutkan bagi warga,” katanya, Selasa (2/3/21).

Kata dia, gajah belakangan selalu memakan kebun sawit warga dengan berpindah pindah dari satu kebun ke kebun masyarakat lainnya, ”saya ingin bertemu dengan Gubernur Riau untuk menyampaikan masalah gajah yang selama ini memakan dan merusak perkebunan masyarakat, dan saya minta tolong audit biaya pemeliharaan gajah karena makan gajah adalah sawit warga,” katanya. 

Menurut dia, gajahnya sepertinya sengaja dilepaskan agar makan kebunan sawit masyarakat. Bila dibiarkan gajah ini berkeliaran ulas dia, “akan menjadi masalah yang lebih besar lagi, apalagi nanti takut akan ada konflik antara warga dengan satwa dilindungi ini”.

“Gajah dengan kaki berantai ini sudah sampai dekat perumahan masyarakat, hewan ini berkeliaran seolah-olah seperti hewan peliharaan seperti kambing,” katanya. 

“Saya pejabat berwenang sengaja membiarkan masalah ini berlarut-larut, sehingga nanti takut gajah mati yang dituduh warga yang meracuni,” katanya.

Perjuangan konflik gajah dengan masyarakat sudah dilakukan dia sejak dulu, itu dahulunya perjuangan almarhuma ayahnya, “bapak saya sebagai seorang kepala desa di Air Hitam telah meperjuangkan konflik ini sebelumnya. Dan saat ini saya pribadi lah yang ingin melanjutkan perjuangan beliau, demi kesejahteraan masyarakat desa Air Hitam,” ujarnya.

“Saya minta Gubri melalui SK penertiban lahan ilegal itu segera turun tangan,” pungkasnya.**