Pascasarjana PGMI UIN SUSKA Riau Taja Webinar

Pascasarjana PGMI UIN SUSKA Riau Taja Webinar

Pekanbaru - Ditaja oleh Himpunan Mahasiswa Magister  Pascasarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Program Studi  PGMI mengusung tema "Pendidikan Bahasa Indonesia SD/MI Berbasis Kearifan Lokal", dengan webinar nasional melalui aplikasi zoom meeting, diadakan Pascasarjana PGMI Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) Riau, Kamis (7/1/21).

Webinar diisi oleh 4 narasumber yaitu Prof. Dr Syahrul R, M.Pd (Dosen Universitas Negeri Padang), Dr. Yeti Heryati, M.Pd (Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung), Dr. Nursalim, M.Pd dan Dr. Sukma Erni, M.Pd (Dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau)       

Dr. Alfiah  Tarmidzi, M.Ag Sekertaris Jurusan MPGMI UIN SUSKA Riau menyampaikan webinar ini merupakan wahana sosialisasi kesantunan bahasa yang ditransformasikan ke dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SD/MI dalam mengambangkan wawasan kearifan lokal terkait berbahasa yang baik dan benar.

"Ya, kegiatan ini diharapkan menjadi wadah sharing keilmuan tentang cara mengaktualisasikan wawasan kearifan lokal dalam pembelajaran  Bahasa Indonesia di tingkat SD/MI"tuturnya.  Siswa di tingkat SD/MI masuk kedalam kategori generasi milenial sehingga wawasan kearifan lokal dalam berbahasa harus ditanamkan sejak dasar.

Sementara itu, Prof Dr. Prof. Dr Syahrul R, M.Pd, memaparkan bahwa kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus menerus dijadikan pegangan hidup. Oleh sebab itu generasi muda milenial harus menjadikan kearifan lokal sebagai the way of life guna mentradisikan kesantunan tingkah laku, tata bicara dan juga berbahasa.

Dr. Yeti Heryati, M.Pd menambahkan bahwa bahasa lisan perlu dipadukan dengan gestur tubuh, karena bahasa lisan memiliki tingkat keefektifan 6% dalam mempengaruhi efektifitas komunikasi, intonasi berkisar pada 28% , sisanya adalah bahasa tubuh. Jadi bahasa verbal dan bahasa non verbal perlu dipadukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga terjadi komunikasi dua arah yang  berkesinambungan.

Kemudian, Dr. Nursalim, M.Pd menjelaskan bahwa "pendidikan kearifan lokal  perlu diberikan pada siswa SD/MI lewat model bacaan anak yang berkearifan lokal, guna mengenalkan dan membangaun keakraban lingkungan alam dan sosial budaya dimana ia berada sehingga paham kondisi masyarakat yang ada disekitarnya, sehingga potensi berbahasa lebih berkembang"

Dalam webinar ini juga disampaikan bahwa salah satu indikator dari cinta tanah air adalah mampu mengadopsi kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi pada kehidupan sehari-hari. Bahasa menjadi jati diri sebuah bangsa yang berfungsi mempersatukan lapisan masyarakat dengan perbedaan latar belakang. Sering  dijumpai untuk mempermudah komunikasi, banyak orang menggunakan bahasa Indonesia dengan tidak baik dan benar. Ironisnya kemampuan berbahasa generasi milenial amat memprihatinkan, padahal generasi milenial sangat akrab dalam hal penggunaan media komunikasi dan teknologi digital.

Selain itu, Dr. Sukma Erni, M.Pd menjelaskan bahwa "sering terjadi bias gender dalam bahasa sehingga timbul kesan mendiskreditkan seseorang dengan melemahkan posisi orang tersebut dengan sebuah frasa yang berkonotasi negatif"  Maka dari itu pentingnya sosialisasi guna mentradisikan kesantunan bahasa berbasis kearifan lokal pada kaum milenial  melalui pembelajaran di SD/MI sehingga kesantunan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari dapat terwujud.**