Pengancam Polisi di Yuotube Dapat Ganjaran Penjara 8 Bulan

Pengancam Polisi di Yuotube Dapat Ganjaran Penjara 8 Bulan

Jakarta - Dilansir website Mahkamah Agung (MA), Minggu (20/12/20), pelaku D (35) warga Wanasalam, Lebak, Banten dinyatakan terbukti menebar kebencian dengan menyebut "Polisi Anjing" dan menusuk logo Polri dengan pedang, dengan dihukum 8 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri (PN) Rangkasbitung.

Kasus bermula saat D membuat video dengan kamera HP pada 23 Mei 2020. Dalam video itu, D melakukan serangkaian monolog yang menghina pemerintah.

Salah satunya memperagakan mainan pistol dan diiringi kata-kata "Tidak pandang bulu. Ayo tangkap saya." Di pengujung video, ia berteriak "Polisi anjing!".

Selain itu, di video lain D juga membuat video dengan adegan ia merusak baliho pembukaan pendaftaran anggota polri. Baliho itu dipasang di depan Polsek Wanassalam. Dengan menggunakan sebilah pedang, D menusuk-nusuk logo Polri.

Semua video itu di-upload di YouTube sehingga tersebar luas. Polisi yang mengetahui hal itu kemudian menangkap D dan membawanya ke pengadilan.

Dari hasil putusan PN Rangkasbitung menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik sebagaimana dakwaan Kesatu Penuntut Umum.

"Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 8 bulan," kata ketua majelis Mohamad Zakiuddin degan anggota Nartilona dan Ina Dwi Mahardika.

Hal yang meringankan D sehingga hukumannya 4 bulan lebih ringan dari tuntutan jaksa, yaitu ia mengakui, menyesali, serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. D juga sudah meminta maaf kepada Bapak Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia dan kepada institusi Polri.

"Terdakwa tidak menggunakan teknologi Informasi secara bijak," ujar majelis hakim soal alasan yang memberatkan.

D bekerja di Jakarta sebagai kuli bangunan pada 2009. Saat itu D sedang menyelesaikan bangunan sekolah SD, namun diberhentikan karena dituding sekelompok orang yang tidak dikenal bahwa D adalah dukun santet.

D meminta dibuktikan lewat jalur hukum/polisi namun tidak digubris. D Kemudian dipecat dan pulang kampung. Kini bekerja sebagai teknisi elektronik.

Pengalaman itu membuat D kecewa. Lalu ia menulis Jokowi Bohong di YouTube-nya. Karena sewaktu awal pemerintahan Presiden Jokowi, D mendengar Jokowi berpidato yang isinya tindak tegas tanpa pandang bulu. Dari situlah D merasa kalau perkataan Bapak Jokowi tersebut adalah kebohongan dan sangat berbeda kejadian nyata di masyarakat.**