Setelah Gelombang Bono Danau Tajwik Jadi Andalan Wisata Pelalawan

Setelah Gelombang Bono Danau Tajwik Jadi Andalan Wisata Pelalawan

Advertorial - Sejak ombak air sungai Kampar dengan ketinggian 6 meter dikenal mendunia, Bupati Pelalawan terus mengembang tumbuhkan wisata lain, di Pelalawan. Gelombang yang dikenal dengan ombak Bono itu.

Sementara kekayaan dalam danau Tajwik diceritakannya, terdapat berbagai ikan yang langgka seperti Ikan Arowana, Lumba - lumba Sungai, Kepiting Rawa, Kura - kura Danau dan bayak lagi hewan dan keindahan alam danau satu - satunya di daerah Langgam, yaitu kampung halamannya sendiri.

"Memang peringkat pertama tempat paling populer pariwisata yang paling dikenal dunia adalah adalah Gelombang Bono, namun kita akan terus mengembangkan potensi wisata lainnya, tak kalah indahnya Danau Tajwik," Ujar orang nomor satu Pelalawan ini, (10/6/19) di Jakarta.

Misalnya kata Bupati, air panas Pangkalan Lesung, Tugu Equator, Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Hutan Konservasi Kerumutan dan Danau Tajwid dan banyak lagi yang lainnya.

Dijelaskan Harris, satu-satunya keajaiban objek wisata dunia ada di Pelalawan, dimana biasanya orang selancar (surfing) tengah laut, namun kini di Kabupaten Pelalawan orang Surfing di sungai yakni Sungai Kampar.

"Saya bangga dengan Riau, walau masih banyak kekayaan alam dan wisata yang belum tergali, namun saya akan berusaha agar alam Riau dikenal dunia, apalagi kalau saya memimpin Riau ini," Ujarnya.

Dengan majunya wisata di Pelalawan maka masyarakat sekitar bisa memanfaatkan pelancong gelombang untuk surfing dengan papan selancar sebagi tambahan penghasilan dari hasil kunjungan wisata mancanegara.

"Karunia tuhan yang diberikan untuk Masyarakat Kabupaten Pelalawan melalui wisata gelombang bono ini tentunya menambah pemasukan daerah terutama dari hasil wisatawan," Ujarnya.

Dicerikan keunikan gelombang yang ada di Kecamatan Teluk Meranti ini, begitu luar biasanya, saat musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai, dulu warga mengenal gelombang ini adalah kendaraan raja yang hendak menuju kehulu sungai.

"Masyarakat mengenal 7 kuda raja, berdasarkan mitos yang berkembang dati zaman kezaman hingga kini, diatas Bono tersebut raja memantau daerah hulu sungai Kampar," jelasnya. 

Seperti diketahui, bono ini ada dua jenis. Satu jantan di Sungai Kampar, dan betina di sungai Rokan, Bagansiapi-api. Bono di Kampar berkelamin jantanbergelombang tinggi (vertikal), sedangkan betina, ditandaibergelombang horizontal alias melebar.

Saat tidak ada pasang, Bono ini pergi menuju betina di sungai Rokan, Kabupaten Rokan Hilir. Lalu bercengkrama di Selat Melaka. Apabila pasang mulai membesar, maka kembalilah mereka ke tempat masing-masing, semakin gembiralah mereka berpacu ke sungai.

Bagi masyarakat tempatan kedatangan Bono disambut dengan memacukan kapal motornya meluncur ke lidah ombak di punggung Bono bagaikan berselancar, atraksi ini oleh penduduk tempatan disebut 'Bekudo Bono' karena memang mirip dengan atraksi seorang joki yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar.

Objek wisata bakudo Bono ini terletak di desa Teluk Meranti kabupaten Pelalawan. Bila weekend, biasanya akan ramai wisatawan mancanegara surfing kesana.

Tentunya wisata lain tidak kalah menarik dibandingkan Bono ini, diharapkan warga menjaga kebersihan dan kenyamanan pelancong luar maupu dalam negri sendiri.JH/Adv